Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ)
Sejarah dan Latar Belakang
Pada abad ke-15 di India muncul suatu gerakan reformasi yang memprotes
norma-norma ritual dalam agama dan takhayul pada masa itu. Gerakan
ini lebih berintikan suatu etika pribadi dari pada suatu agama. Bukan
pada bentuk dan tempat sembahyang. Semuanya tidak berarti tanpa dapat
diimplementasikan dalam bentuk etika dan perbuatan pribadi. Gerakan reformasi tersebut pada
waktu itu belum mempunyai pemimpin yang dapat dijadikan penuntun.
Setelah lahir Guru Nanak, beliau memperlihatkan suatu bakat untuk
memimpin gerakan yang baru ini, yang kemudian menjadi penemu ajaran
nilai- nilai baru yang pada akhirnya dikenal menjadi titik sejarah
berdirinya agama Sikh.
Beliau dilahirkan dalam keluarga Hindu yang
ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak kecil sudah menunjukkan
pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah yang paling terkenal
adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan benang suci janeu.
Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa akan
mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri
ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya
sekali dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upacara khusus.
Hanya orang kasta Sudra kasta terendah yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya. Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Hanya orang kasta Sudra kasta terendah yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya. Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar".
Kepercayaan-kepercayaan utama dalam Sikhisme adalah:
- Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam naskah-naskah Sikh hanya sepanjang dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar seluruh umat yang taat pada ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek Onkar (Satu Tuhan).
- Ajaran Sepuluh Guru Sikh (serta para cendekiawan Muslim dan Hindu yang diterima) dapat ditemukan dalam Guru Granth Sahib.
Sikhisme dipengaruhi pergerakan perubahan dalam agama Hindu (misalnya Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan) serta Islam Sufi. Agama ini berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam (contohnya sistem kasta dan purdah). Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika,
keseluruhan (bersifat komprehensif), dan pendekatan yang sederhana
terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologinya penuh
kesederhanaan. Dalam etika Sikh, tidak ada konflik antara tugas pribadi
terhadap diri sendiri dengan masyarakat.
Sikhisme berasal dari daerah Punjab di India, namun kini pengikutnya juga dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia yang mempunyai komunitas India. Di Asia Tenggara, umat Sikh banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura. Umat Sikh dapat dikenali melalui namanya yang kebanyakan diakhiri Singh untuk pria dan Kaur untuk wanita.
Bulan April 1699 pada hari Vaisakhi, Guru Gobind Singh Ji mengadakan Darbar (Kongregasi) di Anandpur, India bagian utara. Ia
mengundang seluruh pengikutnya untuk mendengarkan wejangan dan
ajaran-ajarannya. Di tempat itu ia mengatakan bahwa sudah waktunya
berkorban demi kayakinan dan tujuan yang sangat dimuliakan yaitu
kebenaran.
Ia meminta yang bersedia mengorbankan hidupnya demi kebenaran agar berdiri. Pada
kesempatan itu berdiri 5 orang yang terdiri dari berbagai kasta.
Setelah diuji akhirnya kelima orang ini dibaptis oleh Guru Gobind Singh
dan menyebutnya sebagai lima orang tecinta (Panj. Piyare). Panj. Piyare terdiri atas Bhai Daya Singh, Bhai Dharam Singh, Bhai Himmat Singh, Bhai Mohkam Singh and Bhai Sahib Singh. Dengan
pembaptisan ini dimulailah suatu orde baru yang disebut Khalsa Panth
(persaudaraan Khalsa) yang tidak diskriminatif.
Guru kelima, Guru Arjen Dev terkenal karena menyusun Adi
Granth, kitab suci agama Sikh. Kitab suci ini kemudian dideklarasikan
menjadi Guru Granth Sahib oleh Guru Gobind Singh. Kitab suci itu
berisikan ajaran-ajaran suci dalam bentuk asli yang ditulis oleh para
Guru Sikh sendiri.
Dalam agama Sikh tidak ada kelas-kelas pendeta atau pun hirarki agama.
Setiap pria dan wanita dibenarkan mengambil bagian dalam setiap upacara
agama ataupun menjadi pemimpin upacara tersebut.
Gurdwara merupakan rumah ibadah bagi umat Sikh yang dilengkapi dengan
aula dapur umum yang disebut Guru Ka Langgar yang menyiapkan makanan
bagi setiap orang yang hadir tanpa memandang kedudukan sosial, kasta,
jenis kelamin, pangkat maupun agamanya.
Agama Sikh adalah agama yang terbuka artinya diperuntukan bagi siapa saja. Universalisme Kepercayaan dasar agama Sikh Ik Onhkar Sat Nam Kartapurkh, hanya ada satu Tuhan mengandung makna monoteisme. Menolak kelas-kelas dalam kemasyarkatan (universal brotherhood), Nanak nam Chardikala tere bana sarbat da Palla, atas kehendak Tuhan semua ciptaan-Nya mendapatkan berkah.
Kesepuluh Guru dalam Ajaran Sikhisme
No
|
Nama
|
Jadi Guru
|
Lahir
|
Wafat
|
Usia
|
Ayah
|
Ibu
|
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Guru Nanak Dev | 20 Agustus 1507 | 15 April 1469 | 22 September 1539 | 69 | Mehta Kalu | Mata Tripta |
2 | Guru Angad Dev | 7 September 1539 | 31 Maret 1504 | 29 Maret 1552 | 48 | Baba Pheru | Mata Ramo |
3 | Guru Amar Das | 25 Maret 1552 | 5 Mei 1479 | 1 September 1574 | 95 | Tej Bhan Bhalla | Bakht Kaur |
4 | Guru Ram Das | 30 Agustus 1574 | 24 September 1534 | 1 September 1581 | 47 | Baba Hari Das | Mata Daya Kaur |
5 | Guru Arjan Dev | 28 Agustus 1581 | 15 April 1563 | 30 Mei 1606 | 43 | Guru Ram Das | Mata Bhani |
6 | Guru Har Gobind | 30 Mei 1606 | 19 Juni 1595 | 3 Maret 1644 | 49 | Guru Arjan | Mata Ganga |
7 | Guru Har Rai | 28 Februari 1644 | 26 Februari 1630 | 6 Oktober 1661 | 31 | Baba Gurditta | Mata Nihal Kaur |
8 | Guru Har Krishan | 6 Oktober 1661 | 7 Juli 1656 | 30 Maret 1664 | 8 | Guru Har Rai | Mata Krishan Kaur |
9 | Guru Tegh Bahadur | 20 Maret 1665 | 1 April 1621 | 11 November 1675 | 54 | Guru Har Gobind | Mata Nanki |
10 | Guru Gobind Singh | 11 November 1675 | 22 Desember 1666 | 7 Oktober 1708 | 42 | Guru Tegh Bahadur | Mata Gujri |